Imajinasi manusia untuk bisa berpindah tempat dengan menaklukkan langit adalah ambisi berusia amat tua.
Mitologi Yunani menuturkan legenda Icarus dan ayahnya, Daedalus, yang terobsesi ingin terbang untuk melarikan diri dari penjara Raja Minos di Pulau Kreta. Pasalnya, mereka tak bisa kabur lewat darat karena dibatasi tembok tinggi sedangkan laut dijaga ketat patroli kerajaan. Daedalus kemudian merancang sepasang sayap buatan dari bulu burung dan lilin untuk masing-masing mereka kenakan.
Awalnya Icarus dan Daedalus berhasil kabur, namun cerita sepasang sayap ini berakhir tragis. Icarus melesat terbang terlalu dekat dengan matahari, lalu lilin perekat bulu meleleh. Hidup anak pembuat labirin penjara Minotaur itu berakhir dengan jatuh ke lautan.
Pemikir di abad ke-4 SM, Archytas dari Magna Graecia, dicatat sejarah sebagai penemu alat transportasi dengan konstruksi baling-baling sederhana pertama. Pesawat purba ini mampu berpindah sejauh 200 meter. Setelah itu, ada banyak ilmuwan beken, mulai dari Abbas Ibnu Firmas sampai Leonardo Da Vinci, yang terus mengulik desain pesawat.
Baru pada 1903, Wright Bersaudara mampu membuat pesawat berpenumpang yang stabil dan bertenaga mesin pertama. Sejak itu, manusia gesit menjelajah tempat-tempat jauh lewat matra ketiga: udara.
Moda transportasi baru ini seketika jadi favorit sejak abad ke-20 karena efektif memangkas berkali lipat waktu tempuh yang dihela angkutan lain macam kereta api atau kapal laut. Walau demikian, kedigdayaan itu hadir bersama risiko yang sepadan pula.
Sebuah riset transportasi di Amerika Serikat (AS) tahun 2013 menyatakan, penerbangan komersial adalah moda transportasi dengan rasio kecelakaan paling kecil di antara yang lain. Namun perlu diingat bahwa tingkat fatalitas kecelakaan pesawat terbang angkanya paling tinggi. Saat pesawat jatuh dari ketinggian 33 ribu kaki–entah menukik ke arah dataran atau perairan–bisa terbayang tipisnya kemungkinan penerbangan itu bisa selamat. Seperti Icarus.
Pekan lalu, mata saya tertumbuk ke gambar promosi yang muncul di laman Facebook. Seorang pramugari Malaysia Airlines berpose dengan sikap tangan menjura di depan dada; sepotong tulisan di sampingnya bertuliskan: Your continued support keeps us #FlyingHigh.

Panel kampanye #PRAYFORMH370 di depan Suria KLCC. Foto diambil lima hari setelah MH 370 menghilang dari peredaran.
Rasanya siapapun akan sepakat kalau ini tahun penuh ujian bagi Malaysia Airlines (MAS). Dua musibah yang hanya berjeda 4 bulan 8 hari, MH 370 dan MH 17, telah merontokkan reputasi mereka yang dibangun sejak 1972. Perlu dicatat, MAS adalah World’s Best Economy Class Airline tahun 2010 versi Skytrax.
Padahal, MAS belum sepenuhnya pulih dari kerugian yang menerpa karena ketatnya persaingan bisnis–salah satunya setelah kehadiran low cost carrier senegara, Air Asia–dan malaise industri penerbangan pascakrisis keuangan dunia tahun 2008. Akhir Agustus lalu, mereka mengambil keputusan untuk memecat 6.000 staf atau hampir sepertiga manajemen untuk menyelamatkan maskapai kebanggaan bangsa Malaysia ini.
Kampanye #FlyingHigh juga salah satu upaya penyelamatan ini. MAS mendapuk Yuna Zarai, penyanyi solo Malaysia yang sudah sukses mencuri perhatian industri musik di AS, jadi duta produk mereka.
Selain menjadi sponsor tur ke berbagai tempat di dunia–tentu untuk mempromosikan tingkat keamanan maskapai mereka–MAS menggandeng Yuna untuk menggarap Langit, lagu yang bertema keinginan untuk melesat bangkit walau banyak kendala menghadang. MAS juga memproduksi Terbang, film pendek yang menggambarkan semangat serupa.
Ahmad, tokoh anak laki-laki dalam film itu, menyarikan semangat ini dalam satu paragraf yang baik. Sengaja saya kutipkan dalam bahasa Inggris agar tidak membingungkan lidah Indonesia kita. 🙂
As many years have passed since our independence, we have the luxury to chase our dreams. However, we shouldn’t find fault with each other and only seek for our personal well-being without learning from our past. We should always realize we need each other. And whatever our weaknesses, it’s never too late for us to help each other to better ourselves. Stay strong and fly high.
Bagi saya, kampanye ini sungguh menyentuh dan menggerakkan. Saya, Anda, atau siapapun kita, mungkin pernah mengalami fase kegagalan dalam hidup akibat faktor di luar kuasa. Maka jalan keluar terbaik adalah mencukupkan sedu-sedan, berhenti menyalahkan, dan mulai membenahi kekurangan diri untuk bersiap bangkit lagi.
Bagian dari kronik Icarus yang banyak hilang dari tuturan adalah tentang kelanjutan nasib Daedalus setelah musibah yang menimpa anaknya. Daedalus yang terpukul lalu meratap di pantai dekat lokasi jatuhnya Icarus. Kemudian Athena datang dan menganugerahinya kemampuan terbang setara dewa. Daedalus segera melanjutkan pelariannya dari Raja Minos yang lalim dan menemukan suaka di Kerajaan Kamikos, Sisilia.
Lewat kampanye #FlyingHigh, MAS mengirimkan pesan bahwa itulah yang sedang mereka lakukan. Setelah dihantam musibah, mereka tetap melanjutkan hidup. Seperti Daedalus.
Terbang.. terbang tinggi walau tanah di kaki, ‘kan ku cari langit
Terbang.. terbang tinggi awan biru menanti, bersama pelangi ~ Yuna