===repost dari catatan FB saya, dipublish 19 Desember 2009===
baru kali itu saya merasa jalanan jakarta demikian lempang. seolah tak ada persimpangan dan lampu merah yang memaksa bus tunggangan kami harus berhenti. seperti di atas tanah beraspal itu hanya iring-iringan kami yang boleh laju. hebat, perpindahan dari pusat ibukota ke tepiannya yang berjarak 14 kilometer tuntas dalam 30 menit.
hari itu sidak pasar. cek stok sembako jelang hari raya. gubernur langsung yang pimpin sidaknya. urusan perut memang nomor satu. skuad sidak terbilang lengkap, berbagai kepala dinas, anggota legislatif, kepala pengadilan, perwakilan militer, para wartawan juga ada. plus saya, calon reporter anak bawang yang bermata sembab kurang tidur.
sepanjang perjalanan, sirine ramai meraung-raung. lampu sen kanan kiri tiap-tiap kendaraan terus kedip-kedip. entah berapa tepatnya total kendaraan dalam konvoi kali itu, barangkali belasan. yang pasti, ada sejumlah motor, sedan, suv, dan bus berbaris beriringan dalam kecepatan sekitar 40 kilometer perjam. membelah jakarta.
jelas kami mencolok sekali bagi pengguna jalanan yang lain. gubernur memimpin rombongan pakai sedan, toyota camry kalau tak salah. walau tak harus juga gubernur duduk di mobil dinasnya, tergantung pertimbangan keamanan. semua kendaraan berwarna hitam. modelnya pun berwibawa namun tetap elegan khas mobil kedinasan. keren.
kecuali bus yang saya naiki. bus ini khusus bagi para peliput dan pewarta. bodinya dicat kuning dan jingga terang. seakan kurang mencolok, masih ditambahi pula kalimat slogan yang mengundang khalayak menikmati ibukota. kacanya bening, tak ada lapisan rayban penghalau silau. saya merasa seperti naik akuarium berjalan.
sedari berangkat, berpasang-pasang mata tertumbuk pada kami. mulai dari bapak penjual asongan, remaja tanggung penunggang motor bebek, penjaja peta jakarta di perempatan, pedagang gorengan, hingga ibu muda di balik setir mobilnya. sebagian terbelalak, mungkin juga ada yang menggerutu. betapa tidak, sudahlah ramai jumlah kendaraannya banyak pula.
sampai di lokasi tujuan pertama, rombongan kami disambut jajaran lengkap pengelola pasar. gubernur menyusuri los-los becek, periksa persediaan dan cek pasokan. daging, cabe, ayam, kacang, gula, telur ditanyakan satu persatu bagai tengah mengabsen. lanjut lokasi kedua. sama. lokasi terakhir. sama. kesimpulannya, stok sembako ibukota aman. rombongan bubar jalan.
padahal kunjungan ini niatnya spontan. namanya juga sidak, inspeksi mendadak. saya jadi ingat kisah khalifah umar anaknya khattab. sidaknya umar incognito, agar rakyat tak mengenali dirinya. umar pakai baju buruk, mukanya dibuat lusuh. dalam sidaknya umar pun jadi tahu, masih ada rakyat yang kelaparan.
rasanya belum saya temukan lagi pemimpin masa kini macam umar. semoga ridha Allah senantiasa tercurah atasnya.