Mugia Patepang Deui

===repost dari catatan FB saya, dipublikasi 26 Mei 2009===

(Judul di atas artinya “Semoga Berjumpa Lagi”)

Saya meyakini setiap peralihan tahap kehidupan perlu dirayakan, sebagaimana kita terbiasa merayakan kelahiran atau pernikahan atau kematian. Baru-baru ini saya mengalami beberapa peralihan: dari mahasiswa menjadi bukan mahasiswa, dari berdomisili di Bandung lantas berpindah ke Jakarta.

Peralihan yang pertama sudah dirayakan, dengan wisuda dan segala seremoninya. Tulisan ini adalah bagian dari perayaan peralihan yang kedua. Apa dan mengapa saya bisa sampai terdampar di Jakarta adalah cerita untuk lain waktu. Melalui tulisan ini saya ingin merefleksikan masa saat saya tinggal di Bandung dan semua yang ada di dalamnya.

Bandung adalah akuarium besar tempat saya tinggal selama sekitar 22 tahun. Sejak SD hingga kuliah saya selalu bersekolah di Bandung, walaupun saya sempat berdomisili di Cimahi. Lidah saya sudah menjadi sangat nyunda, kata punten sudah melekat di ujung lisan saat hendak menyebut kata permisi.

Bandung adalah tempat saya belajar. Belajar menjadi ramah dan membungkukkan badan saat melewati kerumunan orang, terutama mereka yang lebih tua. Belajar sopan-santun dan menggunakan bahasa sesuai tempatnya. Belajar bahwa dibalik suguhan segelas teh tawar hangat ada filosofi nan dalam. Belajar bahwa menjadi diri sendiri itu penting. Belajar bahwa semua sisi kehidupan, sekecil apapun itu, menyimpan keindahan yang menginspirasi.

Bandung adalah tempat saya menikmati hidup. Saya menikmati perjalanan menuruni Braga sambil keluar-masuk toko tua tanpa membeli apa-apa. Saya menikmati saat berkunjung ke Museum Geologi dan memegang meteorit lalu berkata pada diri sendiri, ini dari luar angkasa. Saya menikmati saat menyeruput yogurt strawberry Cisangkuy yang kecut tapi enak. Saya menikmati saat berjalan di sepanjang sumbu utama ITB sambil memandang vista Tangkuban Perahu di utara. Saya menikmati saat menguapkan napas di pagi hari sehingga mirip orang merokok ketika udara Bandung demikian dinginnya.

Bandung adalah tempat saya menjadi manusia. Menjadi anak yang mahir bermimpi dan bercita-cita, walau apa yang saya kerjakan sekarang sangat jauh dari yang dibayangkan dulu. Menjadi kakak yang ingin selalu terlihat kuat di mata adik-adik, walau sebenarnya rapuh dan bisa juga menangis sendirian. Menjadi murid yang dengan songongnya meng-outsmart guru karena merasa lebih tahu. Menjadi teman yang baik, walau sering juga menjadi teman yang buruk dan tidak peka. Menjadi mahasiswa yang bertanya dan berusaha mendapatkan jawabannya, walau sering malas mengerjakan tugas studio. Menjadi warga kota yang berusaha menjaga kotanya tetap menyenangkan walaupun walikotanya, ya gitu deh.

Satu lagi, Bandung juga tempat saya jatuh cinta. Hehe…

Mulanya saya akan menyebutkan secara spesifik kesan masing-masing orang yang saya tag di catatan ini namun ternyata daftarnya jadi sangat panjang. Singkat kata, terimakasih untuk Bandung dan semua orang yang tinggal di dalamnya atas kehidupan luar biasa yang telah saya alami. Saya sungguh ingin selalu tinggal di kota ini namun untuk sementara saya harus menjemput mimpi di kota lain. Semoga suatu saat keinginan saya bisa terwujud: punya rumah kolonial di Jalan Riau dengan bay window tempat saya bisa duduk murungkut memandangi hujan sambil menyesap secangkir Kopi Aroma.

Bandung, sampai jumpa lagi!

***
Hayu batur, hayu batur
Urang kumpul sarerea
Amit mundur, amit mundur
Urang sosonoan heula

Pileuleuyan, pileuleuyan
Sapu nyere pegat simpay
Pileuleuyan, pileuleuyan
Paturay patepang deui

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s