===repost dari catatan FB saya, dipublish 22 Desember 2009===
soal perempuan yang melakukan kekerasan terhadap anak karena mendapat perlakuan serupa dari pihak lain, bukan perkara baru. namun setelah mengetahui 82 persen kekerasan yang terjadi kepada anak dilakukan oleh perempuan yang mendapat kekerasan pula, baru saya terhenyak.
gila, itu angka yang banyak sekali. perlu dicatat, yang disebut kekerasan bisa berupa tindakan fisik seperti pemukulan hingga psikis semacam memarahi karena kesal.
siapa perempuan pelaku kekerasan pada anak tadi? para ibu. ibu kandung, ibu angkat, ibu guru, ibu pengasuh, dan sebagainya. ibu kandung pegang porsi terbanyak. lantas siapa mayoritas pelaku kekerasan dalam rumah tangga pada para perempuan tadi? para suami. persentasenya sekitar 78 persen, barulah relasi kerja macam majikan.
piramida kekerasan tadi tidak berhenti sampai di sini. anak yang dikasari ibunya karena sang ibu mendapat perlakuan kasar tadi cenderung akan melakukan tindakan kekerasan pula pada pihak yang lebih lemah. biasanya teman sepermainan atau si adik yang menjadi korban bullying di level ini. dan seterusnya.
struktur masyarakat patriarki yang subur dianut di negeri ini memang kerap mendudukkan perempuan sebagai orang kelas dua di keluarga. relasi kuasa semacam inilah yang kuat mendorong terjadinya kekerasan pada perempuan. penyebab utamanya dua, pemahaman yang salah terhadap agama dan adat.
dave pelzer dalam ‘a child called it’ menggambarkan dengan cukup detil tindakan kekerasan fisik dan psikis dari ibu kandung yang diterimanya. ibu dave memang mendapat perilaku kekerasan pula dari suaminya, walau tak berupa tindakan fisik melainkan penelantaran psikis. lagi-lagi, suami>istri/ibu>anak.
siklusnya serupa dengan daur kekerasan yang digambarkan lenore walker: fase peningkatan ketegangan, saat perlakuan tindakan kekerasan, masa berbaikan, dan fase tenang. setelah melakukan kekerasan, ibu dave kerap menampakkan rasa menyesal. saya duga itu berasal dari fitrah keibuannya.
akhirnya, walau tak membenarkan tindakan ibu yang melampiaskan kekerasan pada anak akibat perilaku serupa yang diterima, saya kini lebih memahami duduk perkaranya. semoga Allah mengampuni para ibu yang sampai pada khilafnya hingga melakukan kesalahan. surga masih dan selalu di bawah telapak kaki ibu.
—
data didapat dari Komnas Perlindungan Anak dan LBH APIK-asosiasi perempuan indonesia untuk keadilan