===repost dari catatan FB saya, dipublish 31 Desember 2009===
ijinkan saya menceritakan sel penjara di lapas anak kutoarjo. ruangnya berukuran empat kali enam meter dengan ketinggian plafon tiga setengah meter. berjendela satu dengan jeruji seukuran jari telunjuk orang dewasa. di malam hari dijejali duapuluhan manusia.
interiornya sangat sederhana, hanya serupa plat beton dingin dengan ketinggian hampir semeter dari tanah. di pojok ruangan ada fasilitas mck, semacam wc terbuka tanpa pintu dengan penyekat dinding sebatas pinggang saja. tak ada lemari, meja, pun kursi.
kalau keluarga si narapidana anak cukup peduli, bolehlah mereka tidur beralas kasur. juga punya sabun harum untuk mandi. atau beli autan untuk menolak nyamuk. lagi ada lauk untuk tambah-tambah gizi. serta salep untuk obati gatal-gatal. bagi yang tak cukup dapat peduli, semua cuma andai saja.
di lapas anak pria tangerang, kondisinya sedikit lebih baik. ada ranjang tempat bisa tidur nyenyak. ada ruang komputer tempat bisa bikin akun facebook. ada sekolah tempat bisa dapat ijazah. ada bengkel tempat bisa belajar bongkar motor. ada klinik tempat bisa minta obat. ada wartel tempat bisa telpon ibu.
tapi cadongnya, bongsengnya, isolasinya, sama saja.
di lapas tangerang inilah saya bertemu anak yang terpaut hati ini padanya sejak awal. namanya ilham, lengkapnya ilham muhamad yadin. saat pertama berjumpa dua tahun lalu, umurnya baru sembilan tahun. masih sekecil itu dan sudah harus hidup di penjara sampai 2013.
ilham asalnya pengamen di serpong, merantau dia ke jawa dari lampung. dia sampai di lapas karena tertangkap mencuri motor, diperalat preman senior. aturannya, hanya anak di atas 12 tahun yang bisa kena pidana. ilham cerita, dia disuruh polisi mengaku berumur lebih tua agar bisa dijerat hukum.
sejak saat itulah kehidupan ilham di penjara bermula. bangun saat keong dibuka jam enam. makan, apel, sekolah, makan, apel, kursus, makan, apel. keong ditutup lagi jam lima sore. karenanya, sudah tiga tahun terakhir ilham tidak pernah berjumpa bintang maupun purnama.
jadi yang terkecil di lapas, ilham jelas sasaran empuk senior-seniornya. apalagi narapidana buntut lima yang terkenal sangar atau yang terjerat kasus pembunuhan. di penjara, ilham masuk kasta pencuri yang derajatnya kedua dari bawah, hanya lebih tinggi dari pencabul.
bisa dibilang, kasus ini salah satu pendorong saya hijrah jadi wartawan. saya ingin memberitakan temuan ini. harapan saya, keadilan datang untuknya dan ilham bisa tinggal di tempat yang lebih layak. pernah saya mengusulkan cerita ini untuk diliput. ficer sudah jadi dan dibungkus di newsroom. entah apa alasannya, tak pernah naik cetak.
akhirnya, terbit harapan baru bagi ilham. departemen sosial membuat kesepakatan dengan departemen hukum dan ham agar anak di bawah umur yang melakukan pidana dikembalikan ke keluarga atau dibina di panti, bukan lapas. si pak dirjen bilang, sekitar pertengahan januari ilham akan ‘bebas’ dari lapas.
saya ingin menulis catatan kali ini dengan lebih santai. tanpa harus terganggu aturan kapitalisasi, cetak miring atau eyd. tanpa rungsing menyoal diksi dan glosarium. kali ini, abaikan hal itu semua karena saya sedang bahagia. akhirnya ilham bisa keluar dari sana. 😀
keterangan:
- cadong: nasi penjara, biasanya keras seperti kurang air
- bongseng: bahasa slang atau sandi penjara, supaya tidak diketahui petugas
- isolasi: sel hukuman, berukuran sempit, tanpa jendela dan penerangan
- keong: istilah untuk sel atau kamar