Laskar Pelangi, Sebuah Langkah Maju Bangsa Ini

Maju? Maju ke mana memangnya? Maju menjadi bangsa yang lebih suka membaca. Laskar Pelangi adalah buktinya.

Jika menilik ke belakang, masyarakat Indonesia punya kultur yang terjungkir dari kebiasaan orang di dunia belahan barat. Di masyarakat barat yang orang-orangnya sudah senang memamah buku, jika ada sebuah novel yang difilmkan, mestilah novelnya yang best seller terlebih dahulu baru ceritanya dijadikan film. Lain halnya di Indonesia ini. Filmnya dulu yang laris, lantas dibuatkan bukunya. Atau seperti Ca Bau Kan, setelah filmnya sukses di berbagai festival, barulah karya Remi Sylado ini diburu.

Adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, novel pertama dari tetralogi bernama sama. Sejak pertama kali saya membaca sinopsis Laskar Pelangi di tahun 2005, firasat saya berkata bahwa novel ini berbeda. Firasat saya ternyata tidak salah. Laskar Pelangi menembus angka penjualan ratusan ribu kopi dan termasuk dalam salah dua buku yang di-review KOMPAS dalam Catatan Akhir Tahun 2007 selain novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shiradzy.

Dunia novel Indonesia tersegarkan oleh kehadiran Laskar Pelangi, setelah sempat muak dihantam berondongan ratusan judul teenlit-ngakunya-novel-padahal-bacanya-gak-usah-pake-mikir.  Para guru Bahasa Indonesia di sekolah kini punya rujukan baru dalam memberi wawasan kesusastraan bagi murid-muridnya.

Awal 2008, ketika kabar Laskar Pelangi akan naik layar, senyum saya terkembang. Visualisasi indahnya alam Belitung pasti akan membuat daerah ini naik derajatnya. Tak sekadar dikenal sebagai penghasil timah saja, tapi juga sebagai pemilik garis pantai berkilometer nan indah dengan batu-batu raksasa. Timah sudah habis usia, saatnya beroleh sumber daya baru. Sedikit banyak harapan saya terbukti. Tahun 2010 resmi dicanangkan sebagai tahun pariwisata propinsi kepulauan Bangka-Belitung.

Kini penonton Laskar Pelangi sudah mencapai orde jutaan orang. Walau tetap masih lebih banyak yang menonton ketimbang membaca, ini tetap jadi pertanda baik. Laskar Pelangi berhasil melanjutkan kesuksesan Ayat-ayat Cinta, sementara Kambing Jantannya Raditya Dika sedang mengekor Laskar Pelangi dari belakang. Bangsa ini mulai beranjak dari budaya lisan ke tulisan, ketimbang melompatinya, sebelum berada dalam masa budaya audio-visual. Semoga.

Iklan

4 pemikiran pada “Laskar Pelangi, Sebuah Langkah Maju Bangsa Ini

  1. Yup…

    Semoga dunia film kita menjadi lebih maju dengan adanya LP.

    Menurut gue, bangsa yang maju tidak saja hanya diukur dari GDP atau tingkat pendidikannya. Buku, Film, dan Musik juga merupakan parameter dari kecerdasan atau selera suatu bangsa. Coba bayangin bangsa yang seleranya nonton BCG atau kawin kontrak??? Atau baca chiclit yang isinya itu-itu aja?? Pastinya mundur kebelakang karena ga mikirin hal-hal yang serius ya kan???

    Sepakat juga tentang menggunakan buku Laskar Pelangi untuk memperkenalkan kesustraan Indonesia oleh guru2 SD. Nice point, Buku (dan film) LP benar2 keren. Mari kita bentuk selera bangsa ini menjadi bangsa dengan selera yang tinggi…

  2. ‘Membaca’ belum terlalu membudaya dibanding ‘menonton’ sih di Indonesia…

    Bagus sih, banyak buku-buku berkualitas yang udah difilmkan, tapi kadang film yang cuma berdurasi +- 2 jam itu ga bisa membawa keseluruhan spirit buku aslinya yang beratus-ratus halaman.

    Btw, temen gw ada yang punya Para Priyayi, Shal.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s