Suka nonton sinetron Indonesia?
Sayang sekali, saya harus mengasihani anda karena bersedia menjejali diri dengan paket pembodohan atas nama hiburan yang murah meriah. Sebagian besar sinetron Indonesia saat ini ditayangkan hanya untuk mengejar rating dan kue iklan.
Durasi yang wajar untuk sebuah sinetron pada umumnya adalah 60 menit, edannya belakangan ini sudah ditabrak hingga menjadi 90 bahkan 120 menit. Katakanlah seorang remaja putri adalah penggemar dua sinetron tertentu yang masing-masing berdurasi 120 menit, berarti setiap harinya minimal dia akan menghabiskan waktunya di depan televisi selama 1/6 hari. Kalikan dengan tujuh hari dalam seminggu. Kalikan dengan empat minggu dalam sebulan. Kalikan dengan duabelas bulan dalam setahun. Silakan hitung sendiri.
Anehnya, sinetron sendiri sudah lebih menjadi barang poles sana poles sini yang justru tidak punya cerita yang bagus. Setelah saya amati, ternyata alur cerita sinetron Indonesia hanya berkutat pada 5 alur cerita utama. Inilah mereka…
Pertama, tokoh utama yang tentunya wanita, cantik, dan baik hati adalah anak orang kaya yang terpisah dari orangtuanya lalu dipungut dan dibesarkan oleh keluarga yang miskin.
Kedua, tokoh utamanya (masih seorang wanita yang cantik dan baik hati namun miskin) ternyata jatuh cinta pada pria dari keluarga kaya.
Ketiga, hubungan antara tokoh utama (ya si wanita yang cantik, baik hati namun miskin tadi) ternyata tidak direstui oleh keluarga pihak pria karena tidak setuju dengan latar belakang keluarga si tokoh utama.
Keempat, baik tokoh utama maupun si pria akan berjuang dengan berbagai cara agar bisa mendapatkan restu bagi ‘cinta’ mereka.
Kelima, entah yang mana namun salah satu tokoh akhirnya akan menderita luka atau penyakit parah macam amnesia (ampuh untuk mengulur cerita), kecelakaan lalu lintas (ampuh untuk membuat tokohnya cacat permanen), kanker stadium lanjut (ampuh untuk membuat tokoh yang jahat hingga jadi insaf) bahkan meninggal (ampuh untuk mengakhiri konflik yang sudah ribet).
Di luar itu hanya akan menjadi alur tambahan yang ditambah-tambahkan untuk memperumit alur cerita belaka. Misalnya, ada ibu tiri yang akan mempersulit keadaan dan membuat situasi jadi tidak menguntungkan bagi si lemah atau ada kemunculan tokoh imajinatif macam peri yang akan menolong tokoh utama atau jebakan perselingkuhan dan sebagainya.
Menonton sinetron adalah sebuah perbuatan celaka. Mengapa? Karena nyaris tidakada manfaatnya. Kalaupun di sinetron terdapat pesan moral, hal itu tidak lebih sebagai bungkus untuk menyamarkan motif si produser untuk mendapatkan keuntungan. Belum lagi, penikmat sinetron yang kebanyakan adalah kaum perempuan dewasa seringkali menonton sinetron yang berepisode-episode bersama anaknya. Karenanya, tidak heran bila beberapa anak mudah berkata kasar dan mengenal pacaran di usia dini.
Belum ada riset terpublikasi yang mengkaji secara komprehensif soal dampak negatif menonton sinetron. Hanya saja, beberapa indikasi semacam meningkatnya kebiasaan konsumsi masyarakat menunjukkan bahwa mesti ada yang meregulasi dengan jelas tayangan macam apa yang layak tonton.
Sungguh, anda tergolong orang yang beruntung bila anda memiliki kegiatan menghabiskan waktu yang lebih produktif dari sekedar menonton sinetron.
Dukung Hari Tanpa TV, 20 Juli 2008!
bagus2 argumennya…
saya sih tidak sadar karena sudah lama tidak nonton sinetron… 5 menit sinetron saja sudah cukup untuk memancing sumpah-serapah dari bibir saya…
oiya, saya udah ganti blog… kunjungi http://radixhidayat.co.cc
bikin templet-nya riset dari sinetron apa sal???
berarti harus nonton sinetron dolo ya supaya bisa bikin kek gini,,,,
baru tau saia,,,
tengkiu
ckckck…
gw g pernah nyadar kalo ada templet kaya gitu hahaha…
g pernah nonton sinetron sih…
5 menit aja udah cukup bwt bikin gw muak…
“Menonton sinetron adalah sebuah perbuatan celaka. Mengapa? Karena nyaris tidak ada manfaatnya.”
good… sepakat ini mah…
tapi saya pribadi merasa perlu juga sesekali nonton sinetron… (sekali lagi… sesekali… bukan sekali-sekali nonton… sekali-sekali nonton… akhirnya jd berkali kali) terkadang kita juga butuh tau, masyarakat kta diracunin pake apa aja…
Jadi inget katanya Andrea Hirata pas main ke PBT 2008 soal klisenya sinetron kita. Kalo tipikalnya sinetron teenlit katanya mah plotnya gak jauh dari cowo jago basket yang naksir cewek biasa, trus ntar tiba tiba mereka ketemu dengan cara tabrakan… si cewek ngambil bola basket yang ngegelinding di lantai ato si cowok ngebantuin si cewek mungutin buku2 ato barangnya yang jatoh… akhirnya mereka akrab deh. Pas kayak gini ntar ada tokoh cewek antagonis yang kaya dll yang gak suka. trus akhirnya konflik.
parah pisan sineas layar kaca kita…
Wah keren mbak analisisnya..
Menggugah dan menyadarkan..
Semoga bisa bermanfaat nih buat org banyak..
Taro di milis apa dimana gitu biar banyak yg baca..
haha!! unik juga cara menganalisisnya. ENTP bangedh..
eh, aku ada saran baca bwt kamu sal : Made To Stick. yang bikin Dan Heath dan Chip Heath. Best seller Amazon.com. keren pisan. Aku jadi inget buku itu pas baca tulisanmu..
nice!!
Keep blogging!
Assalamu’alaikum..
Hai shallino!
Subhanallah shal, dirimu sempet menganalisis sinetron2 indonesia.
Gud.. Gud.. Moga jadi langkah awal utk dunia pertelevisian Indonesia yg lbh baek..
@semuanya
wahwah.. postingan ini laku juga.. baru 10 hari udah ada tujuh komen.. hehe.. gak analisis juga kok,, cuma narik tali merah (saking kebacanya) dari semuanya..
@deri
banyak deri, dari sinetron cahaya, kasih, liontin, cincin, giwang.. gausa ditonton semua,, satu episod juga cukup.. kebaca banget..
@ardee
iya! sepakat ama bang andrea, kalo sinetron teenlit mah emang kayak gitu templetnya.. racun dunia..
@armyalghifari
emang ENTP banget ya?? gatau.. gak kerasa.. hehe..