Judul di atas kedengarannya memang aneh, sebenarnya judul itu terjemahan bebas versi saya untuk idiom universal design yang jadi isu desain beberapa tahun belakangan. Memang selama ini desain yang ada dibuat untuk siapa?
Ya, untuk semuanya.
Semua yang fisiknya sempurna.
Semua yang punya uang.
Semua yang punya akses.
Ironi ini sungguh menggelitik saya. Entah ada apa dengan desainer-desainer di negeri ini sampai demikian sulitnya memikirkan mereka yang tidak memiliki akses pada desain. Jika ada yang beralasan mahalnya desain universal dan pemerintah belum mampu membayar, silakan anda hitung bangunan publik yang menambahkan ramp selain tangga untuk akses masuk utama. Menurut saya, ramp itu elemen yang terbilang murah namun useful bagi kaum difabel.
Belum lagi jika memikirkan saudara-saudara kita yang tidak punya akses pada desain lantaran faktor biaya. Mereka yang disebut superklien oleh Profesor Hasan Poerbo ini terjebak dalam kehidupan sehari-hari di kantong-kantong kampung kota, lingkungan yang makin terdesak oleh tingginya tensi pembangunan namun berfasilitas sangat minim. Apa yang salah?
Kebijakan publik negeri ini tidak pernah menempatkan kaum tanpa akses pada posisi yang adil. Mereka selalu diperlakukan sebagai orang sakit yang harus dijauhkan dari masyarakat umum. Alhasil mereka hanya menjadi kaum marjinal yang membingkai hiruk-pikuk kehidupan urban dengan pembawaan mereka yang khas. Padahal, yang mereka butuhkan adalah akses. Bukan belas kasihan dalam bentuk recehan yang diulurkan setengah ikhlas.
Akses agar mereka mampu mengecap pendidikan;
karena pendidikan mampu mengangkat derajat manusia
Akses agar mereka mampu mendapatkan pelayanan publik;
karena mereka warga negara ini juga
Akses agar mereka mampu mendapatkan pelayanan kesehatan;
karena hak untuk hidup adalah hal yang asasi
Akses untuk semua;
karena mereka juga manusia
Sip! Kesenjangan sosial masih ada teh …
@tamrin
sebenernya tarikan saya itu di desain yang gak ramah penggunanya, tamrin. jadi bukan di kesenjangan sosialnya. tapi kalo ketangkepnya jadi gitu jg gapapa… hehe
ya,byk orang gak sadar,termasuk para arsitek,bahwa aksesibilitas jg suatu waktu akan mereka butuhkan,wkt mereka sdh tua,wkt mereka mengalami sakit yg mengganggu pergerakan, atau ketika mengandung buat para wanita