Plop. Sebuah pop up instant message window dari Yahoo Messenger muncul di monitor komputer yang sedang saya pakai.
“Assalamualaykum..” begitu sapaan yang mampir dari komputer di seberang. Alis saya mengerenyit sebelah. “Wa’alaikumussalam warahmatullah..” jawab saya. Setelah itu, percakapan pun mengalir seperti biasa.
Kerenyitan alis saya tadi bukan tanpa alasan. Perhatikan bagian huruf yang saya beri warna merah. Lazimnya orang akan menuliskan kalimat salam dengan hutuf ‘i’ dan bukan ‘y’ seperti teman saya tadi.
Di kali yang lain, mampir sebuah pesan singkat di telepon genggam saya dari orang yang berbeda dengan yang tadi. “… InshaAllah, Shally…” Kembali alis saya mengerenyit.
Lagi-lagi sebuah ketidak laziman dari kebiasaan orang jamak untuk menggunakan huruf ‘sy’ pada kalimat tersebut. Saya mulai merasa terganggu. Transliterasi aneh macam apa ini? Pedoman transliterasi dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia sudah dibuat oleh Departemen Agama dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P&K Nomor 158/1987, Nomor 0543b/U/1987 tentang Pedoman Transliterasi Arab Latin.
Mudah-mudahan ini bukan sekedar keren-kerenan atau gejala ekslusifitas tertentu.
halo, shally. punya salinan (file) skb tentang transliterasi itu? aku ngga/belum nemu di google:( bagi, ya, kalau punya. aku memerlukannya karena penasaran: kabarnya di skb itu “dzal” ditulis sebagai “z”, sama dengan “zay”. tq.
Hi, Assalaamu’alaykum 😀 Kalau pake transliterasi resmi SKB mah ngga praktis atuh. Yg penting pesannya nyampe, kan? Kalau saya baca yg bahasa Inggris, transiletarasi sy menjadi sh. Terus ts menjadi th. Dan diftong ai menjadi ay. Namanya juga transilterasi, pasti ada informasi yg hilang.
Salam kenal
Sulit mengetik transliterasi versi SKB. mestinya yang familiar, karakter dengan titik di bawah atau di atas, susahnya mnita ampun
As-salāmu ‘alaikum wa raḥmatu Allāhi wa barakātuh…
Mencoba transliterasi ala SKB:
ā ū ī (font dalam blog ini tidak support, jadi tanda panjang tidak tepat di atas a, i dan u)
ḍ ṣ ṭ